SAMARINDA – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Samarinda kembali mengangkat suara.
Kali ini, tajam dan tanpa tedeng aling-aling. Mereka menyentil keras kinerja Wali Kota Andi Harun yang dianggap belum menuntaskan segudang persoalan di Kota Tepian.
Dalam pernyataan resminya, HMI mendesak sang wali kota untuk tidak hanya bersolek di baliho dan mondar-mandir di acara seremonial. Tapi benar-benar turun ke akar rumput, menyingsingkan lengan baju, dan menyelami langsung pusaran masalah yang terus berputar di tengah masyarakat.
“Banyak PR yang belum selesai. Samarinda butuh pemimpin yang bekerja nyata, bukan simbolik,” tegas Ketua Umum HMI Samarinda, Syahril Saili.
Air masih jadi musuh utama. Samarinda seperti rumah bocor yang terus digenangi tiap hujan datang. Bukan tanpa janji, proyek drainase dan normalisasi sudah lama digaungkan. Tapi di lapangan, realitanya seperti jalan di tempat. Rakyat pun kembali harus menggulung celana dan memikul nasib sendiri.
“Janji pengendalian banjir belum terasa dampaknya. Masyarakat masih jadi korban saban musim hujan,” keluh Syahril.
Sorotan juga mengarah pada penggusuran. HMI menuding pemerintah terlalu kaku, bahkan dingin, dalam menghadapi warga. Seperti yang terjadi di Pasar Subuh. Tak ada pelukan solusi, hanya pengusiran yang seolah menggusur pula harapan.
“Jangan sampai pembangunan tumbuh di atas air mata warga. Ketimpangan sosial adalah bom waktu,” katanya.
Proyek-proyek ambisius seperti terowongan diibaratkan kapal megah yang bocor di tengah laut. Alih-alih jadi solusi, kualitas pekerjaan yang jauh dari harapan justru menambah daftar panjang kekecewaan.
“Jalan rusak, proyek molor, dan tak sesuai ekspektasi publik,” sambungnya.
Kasus kekerasan yang meningkat, baik di ruang publik maupun di balik pintu rumah, jadi sinyal bahaya. Samarinda seperti kota yang makin terang lampunya, tapi makin gelap suasananya. Warga kian sulit merasa aman di rumah sendiri.
Aktivitas tambang yang menjalar hingga ke jantung kota dianggap seperti api dalam sekam. Menggerogoti lingkungan, meracuni sumber air, dan mengancam keselamatan jangka panjang.
“Pemerintah harus tegas terhadap tambang-tambang nakal. Jangan biarkan rakyat jadi korban dari kerakusan,” tegas HMI.
“Samarinda juga belum lepas dari problematika sampah. Kota ini seperti terus menyapu kotoran ke bawah karpet. Sistem pengelolaan masih tumpang tindih, edukasi masyarakat pun belum jadi prioritas,” pungkasnya.