Hati Juga Perlu Sekolah: Cerita tentang Remaja dan Kecerdasan Emosional

Sat, 31 May 2025 07:54:47 Dilihat 96 kali Author gerbangn
Ilustrasi
Ilustrasi

Di sebuah negeri yang sibuk mencetak juara olimpiade, juara debat, dan ranking satu kelas, ada satu hal yang kadang terlupa: bagaimana caranya membuat anak muda merasa cukup dengan dirinya sendiri.

Bukan soal nilai rapor atau gelar juara umum tapi soal hati, perasaan, dan bagaimana mereka memandang dirinya di tengah dunia yang ramai menuntut ini-itu.

Remaja itu unik. Mereka sedang belajar menjadi dewasa tapi masih ingin memeluk masa kanak-kanak.

Tubuh mereka berubah, suara mereka berubah, bahkan cara orang dewasa memandang mereka pun ikut berubah. Tapi yang paling liar dari semua itu adalah gelombang dalam diri mereka sendiri emosi yang datang dan pergi tanpa aba-aba.

Di tengah semua itu, ada satu hal yang diam-diam sangat menentukan: konsep diri. Sederhananya, ini soal bagaimana seorang remaja menilai dirinya sendiri.

Apakah ia melihat dirinya berharga? Apakah ia merasa cukup pintar, cukup baik, cukup layak untuk dicintai.?

Nah, dari sinilah cerita menarik ini bermula. Sebuah penelitian kecil dilakukan, melibatkan 70 remaja.

Mereka duduk di antara bangku-bangku kelas dan mimpi-mimpi yang belum sempat mereka ceritakan.

Dua alat ukur digunakan: satu untuk mengintip bagaimana mereka menilai dirinya sendiri, dan satu lagi untuk melihat seberapa cakap mereka mengelola emosi, mulai dari mengenali perasaan sendiri, hingga menenangkan diri saat amarah meledak-ledak.

Hasilnya? Cukup membuka mata. Ternyata, semakin positif pandangan remaja terhadap dirinya,
semakin baik pula kemampuan mereka dalam mengelola emosi. Seolah-olah, ketika seseorang percaya bahwa dirinya berharga, maka dunia pun jadi terasa lebih mudah dipahami. Meski tidak selalu ramah.

Remaja dengan konsep diri yang sehat akan lebih tenang menghadapi kegagalan, lebih tahan banting
saat ditolak, dan lebih mudah bangkit dari kecewa. Mereka tahu bahwa luka bukan akhir dari segalanya,
melainkan bagian dari proses tumbuh. Sebaliknya, remaja yang merasa dirinya “kurang” cenderung
rapuh, sedikit ombak saja bisa mengguncang perahu kecil dalam dadanya.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?
Mungkin kita tak bisa selalu memegang tangan mereka, tapi kita bisa jadi tempat mereka pulang. Kita
bisa mendengarkan tanpa menghakimi, memuji tanpa membuat mereka tergantung pada validasi. Kita
bisa hadir. Saat mereka ingin bicara, bahkan ketika yang mereka ucapkan hanya gumaman tentang hari
yang buruk.

Karena di balik angka IQ yang tinggi, nilai sempurna, dan prestasi segunung, ada hati yang ingin
dimengerti. Dan siapa tahu, dengan hati yang cukup kuat, mereka bisa menaklukkan dunia bukan karena
mereka sempurna, tapi karena mereka tahu caranya berdamai dengan diri sendiri.

 

Penulis: Zahra Nuraifa, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta.

Baja Juga

News Feed

Pencemaran Pesisir Muara Badak, Kementerian Lingkungan Hidup Siapkan Sanksi untuk Pertamina Hulu Sanga-Sanga

Sun, 8 Jun 2025 06:32

Bontang – Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq memastikan investigasi dugaan pencemaran lingkungan oleh PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) telah…

Perbaikan Jalan Rantau Hampang–Selerong Mulai Dikerjakan, Warga Sambut dengan Antusias

Sun, 8 Jun 2025 06:23

Kutai Kartanegara – Harapan masyarakat Rantau Hampang dan sekitarnya terhadap perbaikan infrastruktur jalan akhirnya mulai terwujud. Hari ini, proses perbaikan…

Kebakaran Landa Desa Lebak Cilong, 9 Rumah Hangus Terbakar

Sun, 8 Jun 2025 01:52

Lebak Cilong, Muara Wis – Kebakaran hebat melanda RT 5 dan RT 6 Desa Lebak Cilon, Kecamatan Muara Wis, kemarin…

Pemkab Kukar dan Otorita IKN Matangkan Penataan 15 Wilayah Terdampak Delineasi IKN

Sat, 7 Jun 2025 12:55

KUTAI KARTANEGARA — Sebanyak 15 desa dan kelurahan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dipastikan masuk dalam delineasi Ibu Kota…

Apakah Jatuh Cinta Beda Agama Selalu Salah?

Sat, 7 Jun 2025 08:39

Penulis: Savitri Shalssabila, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Cinta adalah bahasa universal yang tak perlu diterjemahkan. Ia datang tanpa izin, seringkali…

Peran Cinta Positif dalam Mendorong Semangat Kuliah Mahasiswa

Fri, 6 Jun 2025 13:01

Penulis: Intan Maharani, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Dunia perkuliahan bukan hanya soal menghadapi tumpukan tugas dan ujian yang berat. Banyak…

Strategi Menguatkan Hubungan Pertemanan Lewat Energi Positif

Fri, 6 Jun 2025 12:53

Penulis: Ikke Nurul, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Pertemanan menjadi ruang aman untuk berbagi cerita, merayakan kebahagiaan, dan melewati masa sulit….

Menguatkan Citra Positif Organisasi melalui Pendekatan Public Relations Modern

Fri, 6 Jun 2025 12:05

Penulis: Ikke Nurul, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta   Citra organisasi yang kuat dibangun melalui komunikasi tulus dan hubungan dua arah…

Strategi Membangun Hubungan Positif Bagi Akdemik Siswa

Fri, 6 Jun 2025 10:51

Penulis: Intan Maharani, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Pernahkah Anda menemui siswa yang kehilangan semangat belajar, bukan karena sulitnya materi, melainkan…

Saling Menjadi Rumah Dalam Pertemanan Yang Positif

Fri, 6 Jun 2025 10:44

Penulis: Lulu Khaulia, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Dalam kehidupan yang penuh dinamika ini, setiap orang tentu membutuhkan tempat untuk merasa…

Berita Terbaru

Teknologi

Pendidikan

Visitor