Penulis: Devita Aida Arisanti, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta.
Di usia awal 20-an, tak sedikit dari kita yang mulai menyadari satu per satu teman sebaya melangkah ke jenjang pernikahan. Undangan pernikahan berdatangan, Instagram penuh unggahan pre-wedding, dan obrolan keluarga kerap ditutup dengan pertanyaan, “Kamu kapan nyusul?”. Di tengah suasana seperti itu, wajar jika muncul kegelisahan. Dalam hati, kita mungkin bertanya: Kenapa jodohku belum juga tiba?
Pertanyaan itu hal yang wajar. Namun, jika terus dipelihara tanpa kendali, ia bisa tumbuh menjadi tekanan sosial yang menggiring seseorang pada kecemasan, bahkan rasa rendah diri. Oleh karena itu, berpikir positif dalam proses menunggu jodoh adalah kunci penting bagi kesehatan mental dan kualitas hidup di usia produktif ini.
Melihat Pernikahan dari Perspektif yang Sehat
Menikah memang indah, tetapi bukan satu-satunya penentu kebahagiaan hidup. Psikolog Elizabeth Scott dalam tulisannya di Verywell Mind menjelaskan bahwa berpikir positif dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Jika kita melihat pernikahan sebagai tujuan akhir dan membandingkan diri dengan orang lain, kita justru menjerumuskan diri dalam tekanan yang tidak perlu.
Sebaliknya, melihat masa penantian sebagai waktu untuk membangun diri justru jauh lebih bermanfaat. Masa ini adalah momen emas untuk memperkuat karakter, meraih mimpi pribadi, dan mengenal diri sendiri lebih dalam. Dengan begitu, saat pasangan hidup datang, kita bukan hanya siap secara lahir, tetapi juga batin.
Menunda Bukan Tertinggal
Dilansir dsri data dari Kompas.com (2023) menunjukkan bahwa rata-rata usia menikah di Indonesia kini semakin mundur. Anak muda cenderung lebih selektif dan mempertimbangkan banyak hal sebelum berkomitmen. Ini bukan berarti mereka takut menikah, tetapi lebih kepada kesiapan secara mental dan finansial.
Menikah terlalu terburu-buru tanpa bekal emosional dan finansial yang cukup bisa menimbulkan persoalan baru. Justru dengan menunggu sambil memantaskan diri, kita sedang mempersiapkan pondasi yang lebih kuat untuk pernikahan di masa depan. Ingat, hidup bukan perlombaan, dan menikah bukan soal siapa cepat, tapi bagaimana kita mendapat pasangan di waktu yang tepat.
Menyikapi Tekanan Sosial dengan Santai
Komentar seperti “nanti keburu tua” sering kita dengar, bahkan dari orang-orang terdekat. Meski niatnya bercanda atau perhatian, ucapan seperti ini bisa membebani.
Penulis Najwa Shihab pernah mengatakan dalam wawancara Mata Najwa (2022), “Standar bahagia itu bukan satu. Jangan biarkan hidupmu dikendalikan ekspektasi orang lain.” Dan itu sangat relevan. Hidup adalah milik kita. Maka, jangan biarkan tekanan luar membuat kita merasa gagal hanya karena kita belum menikah.
Berpikir Positif Adalah Pilihan Harian
Berpikir positif bukan berarti mengabaikan realitas, melainkan memilih cara pandang yang sehat terhadap realitas itu. Dalam bukunya The Power of Positive Thinking, Norman Vincent Peale menekankan bahwa pikiran yang optimis mampu memengaruhi cara kita menjalani hidup.
Setiap kali merasa tertinggal, cobalah ganti pertanyaannya: Apa hal baik yang bisa saya lakukan hari ini? Atau Bagaimana saya bisa menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri sekarang? Ketika fokus kita bergeser dari “mengejar pasangan” ke “meningkatkan kualitas diri”, maka proses menunggu pun terasa lebih ringan dan bermakna.
Solusi: Membangun Hidup, Bukan Sekadar Menunggu
Daripada terus bertanya kapan jodoh datang, lebih baik isi waktu dengan kegiatan yang membangun:
Berkumpul dengan orang-orang terdekat,keluarga atau sahabat.
- Kembangkan hobi atau keahlian baru
- Fokus pada kesehatan fisik dan mental
- Ikut komunitas atau kegiatan sosial
Langkah-langkah ini bukan hanya membuat hidup lebih berwarna, tapi juga memperluas jaringan dan membuka peluang baru termasuk soal jodoh.
Jodoh Datang Tepat Saat Kita Siap
Menunggu jodoh di usia 20-an bukan tanda kegagalan, melainkan fase pembentukan diri. Saat kita bisa melihat penantian ini sebagai proses, bukan tekanan, maka kita tak hanya lebih bahagia, tapi juga lebih siap ketika cinta sejati akhirnya mengetuk pintu.
Percayalah, segala sesuatu indah pada waktunya termasuk urusan jodoh.