Tenggarong –Kota Tenggarong menapaki usia ke-243 tahun pada Senin (29/9/2025). Peringatan hari jadi kali ini diwarnai rapat paripurna istimewa DPRD Kutai Kartanegara (Kukar), yang menjadi panggung bagi Bupati Aulia Rahman Basri untuk menegaskan arti penting Tenggarong dalam perjalanan sejarah dan budaya daerah.
Menurut Aulia dilansir dari kaltimtoday.co, Tenggarong memang berstatus kecamatan dalam tata administrasi sekarang. Namun, nilai historis yang melekat padanya jauh melampaui batas administratif. Sejak ratusan tahun silam, kota ini tumbuh sebagai pusat kebudayaan sekaligus simbol kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Jejak itu berawal dari keputusan memindahkan pusat pemerintahan dari Pemarangan ke Tenggarong, yang pada masa lalu dikenal dengan sebutan Tangga Arung.
Usia panjang Tenggarong tidak bisa dilepaskan dari perannya sebagai jantung peradaban di Kalimantan Timur. Keberadaan Kesultanan Kutai yang hingga kini tetap hidup menjadikan kota ini berbeda dengan daerah lain. Tradisi kesultanan, upacara adat, hingga kesenian lokal masih dijaga dengan baik, menjadi bukti nyata bahwa Tenggarong bukan sekadar kota biasa, melainkan ruang pertemuan sejarah dan budaya.
Bagi masyarakat Kukar, identitas Tenggarong melekat kuat. Walau pembangunan terus bergerak, nilai-nilai historis tetap dihidupkan agar generasi baru tidak kehilangan akar budaya. HUT ke-243 kali ini menjadi momentum untuk mempertegas arah tersebut.
Selain menyinggung sejarah, pemerintah daerah juga memanfaatkan peringatan HUT untuk mengumumkan sejumlah proyek strategis. Salah satu yang menonjol adalah Pasar Tangga Arung, yang direncanakan menjadi pasar terbesar di Kabupaten Kukar. Dengan kapasitas dan fasilitas modern, pasar ini digadang-gadang dapat bersaing dengan pasar utama di Samarinda dan Balikpapan.
Pasar Tangga Arung bukan hanya wadah transaksi, tetapi juga diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi baru di kawasan Tenggarong. Kehadirannya di tengah kota akan memberi dampak langsung pada aktivitas perdagangan masyarakat, sekaligus menguatkan posisi Tenggarong sebagai pusat kegiatan ekonomi lokal.
Tak hanya itu, pemerintah juga menyiapkan Gedung Ekonomi Kreatif (Ekraf). Fasilitas ini didesain untuk menjadi ruang ekspresi dan pengembangan ide anak muda. Seni tari, musik, hingga kegiatan kreatif kontemporer bisa ditampung di dalamnya. Dengan demikian, potensi generasi muda di bidang seni dan budaya memiliki wadah yang lebih terarah untuk tumbuh.
Keterlibatan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura memberi warna tersendiri pada perayaan tahun ini. Kesultanan menegaskan rencana menghidupkan kembali sanggar tari dan budaya. Upaya ini akan membuka ruang pembinaan bagi generasi muda, sehingga seni tradisional tidak hanya sekadar dipertontonkan saat acara besar, tetapi juga diajarkan secara berkesinambungan.
Kolaborasi antara pemerintah daerah dan kesultanan dipandang sebagai strategi penting menjaga keseimbangan antara pembangunan modern dan pelestarian budaya. Dengan begitu, Tenggarong tetap memiliki identitas yang jelas di tengah derasnya arus globalisasi.
HUT ke-243 bukan hanya pesta perayaan, melainkan ruang refleksi. Usia lebih dari dua abad menegaskan bahwa Tenggarong memiliki fondasi sejarah yang kuat, namun di saat yang sama dituntut untuk menyesuaikan diri dengan tantangan masa kini. Pembangunan pasar dan gedung kreatif mencerminkan arah baru ekonomi dan sosial, sedangkan revitalisasi seni menunjukkan komitmen pada akar budaya.
Di satu sisi, Tenggarong tetap menyimpan citra klasik sebagai pusat kesultanan. Di sisi lain, kota ini sedang bergerak menjadi ruang modern yang mengedepankan kreativitas. Persilangan antara masa lalu dan masa depan inilah yang menjadi kekuatan utama Tenggarong.
Dengan peringatan tahun ini, harapan masyarakat Kukar bertumpu pada kemampuan semua pihak menjaga warisan sambil membuka jalan bagi perkembangan baru. Tenggarong diibaratkan jembatan yang menghubungkan kejayaan sejarah dengan peluang masa depan, sekaligus bukti bahwa identitas kultural dapat hidup berdampingan dengan pembangunan ekonomi.
Sebagai kota yang pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan, dan kini menjadi simbol peradaban di Kalimantan Timur, Tenggarong menegaskan dirinya bukan hanya sekadar kecamatan, tetapi rumah besar bagi sejarah, budaya, dan harapan masyarakat Kutai Kartanegara.