Oleh: Martha Ayu Winarno, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Depok, 4 Oktober 2025 – Masa depan jurnalistik Indonesia dibahas hangat dalam Journalistic Expo Day 2025 yang mengusung tema “Journey: Cerdas Bermedia, Berdaya Berkarya.” Acara yang berlangsung di Auditorium Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) ini menghadirkan empat sosok inspiratif dari berbagai bidang media dan komunikasi.
Mereka adalah Res Ares, CEO Expectainment sekaligus pengusaha muda di media hiburan digital; Salman Alfarisi, Product Experience PaveNow yang menekuni pengembangan produk digital; Rahma Hayuningdyah, Section Head of Public Relations MDTV; serta Alfons Yoshio Hartanto, Editor Periksa Fakta Tirto.id. Kehadiran para narasumber menegaskan arah baru jurnalisme, di mana jurnalis muda tak hanya berperan sebagai penyampai berita, melainkan juga kreator dan mediapreneur yang mampu membangun ekosistem media mandiri.
Dari Reporter ke Kreator
Transformasi lanskap media mendorong pergeseran peran jurnalis. Riset Dataloka.id (2025) mencatat mayoritas anak muda Indonesia kini lebih banyak mengonsumsi berita dari media sosial dibandingkan portal berita tradisional. Hal ini menuntut jurnalis untuk tidak sekadar menulis, tetapi juga membangun persona digital dan menjangkau audiens lintas platform.
“Kalau dulu jurnalis bekerja di bawah redaksi besar, sekarang banyak yang bisa membangun brand sendiri. Bahkan satu akun TikTok atau Instagram bisa menjadi media yang berpengaruh,” ungkap Salman Alfarisi saat berbagi pengalaman.
Fenomena ini melahirkan media alternatif seperti Asumsi, Narasi, dan Greatmind yang sukses memikat audiens muda dengan narasi visual dan konten multiplatform.
Jurnalisme Kreatif di Tengah Krisis Kepercayaan
Meski perkembangan media digital pesat, tantangan besar juga hadir berupa krisis kepercayaan publik. Survei RakyatNTT.id (2025) menunjukkan lebih dari separuh masyarakat Indonesia justru mendapatkan berita dari media sosial, dengan WhatsApp sebagai saluran paling populer. Kondisi ini meningkatkan risiko disinformasi.
“Dalam era digital, kejujuran dan transparansi justru menjadi nilai jual utama. Kreatif boleh, tapi jangan tinggalkan etika,” tegas Rahma Hayuningdyah. Ia mengingatkan pentingnya integritas jurnalis muda agar tetap dipercaya publik.
Senada, Alfons Yoshio Hartanto menekankan pentingnya verifikasi. “Mengungkap fakta berarti juga menggerakkan asa masyarakat untuk percaya kembali pada jurnalisme,” ujarnya.
Prediksi: Media sebagai Ekosistem Kolaboratif
Analisis Kompas.id (2025) menyebut generasi muda kini mulai mencari informasi tidak hanya dari media sosial, tetapi juga melalui platform berbasis kecerdasan buatan (AI). Media yang tidak beradaptasi dengan AI dan big data diprediksi akan tertinggal.
Model baru ini menuntut kolaborasi lintas disiplin—antara jurnalis, kreator, desainer, hingga analis data. Laporan ANTARA News Sumsel (2025) menegaskan portal berita online masih menjadi sumber utama informasi generasi muda, asalkan mampu menghadirkan konten yang akurat sekaligus interaktif.
“Media masa depan tidak hanya tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling dipercaya,” ujar Res Ares. Menurutnya, jurnalis muda harus mampu menggabungkan idealisme dengan inovasi bisnis agar bisa berkembang sebagai mediapreneur.