Kutai Kartanegara – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) mulai menapaki arah baru dalam membangun hubungan dengan insan pers. Bupati Aulia Rahman Basri dan Wakil Bupati Rendi Solihin menggelar forum santai bertajuk Ngapeh Santai Ngan Media di Bukit Mahoni, Tenggarong Seberang, Selasa malam (1/7/2025).
Dalam forum tersebut, sebanyak 33 perwakilan media hadir dan terlibat dalam diskusi hangat bersama kedua pemimpin yang baru dilantik. Momen ini menjadi wadah penyampaian aspirasi, kritik, serta harapan dari jurnalis terhadap jalannya pemerintahan ke depan.
Bupati Kukar Aulia Rahman menegaskan, media bukanlah lawan atau ancaman, melainkan mitra strategis dalam menjalankan fungsi kontrol sosial terhadap pemerintah.
“Kami tidak mau hidup dalam ruang gema. Kami tidak ingin dikelilingi orang yang hanya bisa memuji. Justru dari kritik kami tahu, apakah program kami benar-benar menyentuh atau hanya terlihat bagus di atas kertas,” tegas Aulia.
Berbekal latar belakang sebagai mantan pemimpin redaksi, Aulia mengaku memahami betul dinamika kerja jurnalistik. Menurutnya, kekuatan media terletak pada sudut pandang yang mampu menyoroti fakta dari berbagai sisi.
“Media itu soal angle. Fakta bisa sama, tapi sudut pandangnya bisa berbeda. Dari perbedaan itu kita bisa cari keseimbangan,” ungkapnya.
Ia bahkan menganalogikan media sebagai cermin bagi pemerintah.
“Pemerintah ini seperti aktor. Banyak penjilat bilang kita hebat, padahal bisa saja rambut kusut. Nah, jurnalis itu cermin kami. Mereka memberi sudut pandang yang jujur dan transparan,” lanjut Aulia.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya kebebasan pers dalam menunjang pembangunan manusia. Baginya, media yang merdeka menciptakan literasi yang kuat dan berdampak pada kualitas sumber daya manusia.
“Siapa pun pemimpinnya, tidak boleh abaikan pers,” tandasnya.
Wakil Bupati Rendi Solihin dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan komitmennya membangun relasi terbuka dengan media. Ia mengakui masih banyak pekerjaan rumah, termasuk dalam hal komunikasi publik.
“Kami siap dikritik, kami siap dengar. Pokoknya, Aulia-Rendi ini No Baper-Baper Club,” ucap Rendi yang disambut gelak tawa para jurnalis.
Sejumlah jurnalis menyampaikan langsung keluhan, seperti masih sulitnya mengakses informasi di tingkat desa. Aulia menanggapi serius dan berjanji akan menginstruksikan jajaran di bawah untuk memperbaiki sistem keterbukaan informasi.
“Wartawan bekerja dengan UU, etika, dan tanggung jawab. Mereka bukan lawan. Pemerintah justru harus berterima kasih kalau dikritik,” tambah Aulia.
Ketua PWI Kaltim, Abdurrahman Amin, yang turut hadir dalam forum itu, menegaskan pentingnya peran media bukan hanya pada aspek pembangunan fisik, tetapi juga dalam membangun kesadaran masyarakat.
“Gedung sekolah itu output. Tapi masyarakat sadar pentingnya pendidikan karena media, itulah *outcome*,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi capaian Provinsi Kaltim dalam skor Indeks Kemerdekaan Pers yang tinggi secara nasional.
Menutup forum, Bupati Aulia kembali menggarisbawahi bahwa kritik dan perbedaan pandangan adalah bagian penting dari demokrasi.
“Kritik, analisa, bahkan teguran adalah vitamin untuk pemerintah. Justru di situ kami bisa tahu apakah program kami nyata atau cuma bagus di atas kertas,” pungkasnya.
Forum ini menjadi langkah awal pemerintahan Aulia-Rendi dalam membangun komunikasi tanpa sekat dengan insan pers. Kritik tak lagi dianggap sebagai serangan, melainkan kontribusi konstruktif untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih reflektif dan inklusif.