Samarinda –Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih Lempake, Samarinda, yang diresmikan Presiden RI Prabowo Subianto pada Juli 2025 lalu, kini menghadapi sejumlah tantangan serius dalam operasionalnya. Sebagai salah satu program pemberdayaan ekonomi kerakyatan di tingkat desa, Kopdes Merah Putih Lempake diharapkan menjadi model penguatan ekonomi warga melalui sektor usaha produktif. Namun, kenyataannya, perjalanan koperasi ini masih diwarnai kendala modal dan keterbatasan dukungan dari pihak eksternal.
Masalah utama yang kini dihadapi Kopdes Merah Putih Lempake adalah keterbatasan modal kerja. Sejak awal berdiri, koperasi ini mengandalkan skema kerja sama konsinyasi dengan beberapa BUMN untuk memasarkan produk-produk masyarakat setempat. Namun, pola kerja sama ini kini terhenti sehingga arus kas koperasi menjadi terbatas. Bantuan pembiayaan yang dijanjikan oleh Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) juga belum terealisasi. Situasi ini membuat pengurus harus memutar otak agar koperasi tetap berjalan dan memberikan manfaat bagi anggotanya.
Ketua Kopdes Merah Putih Lempake, Adung, menyatakan pihaknya sedang berupaya mencari peluang usaha baru di luar unit mandatori yang sebelumnya menjadi fokus koperasi. Ia menilai potensi sektor pertanian dan peternakan di wilayah Lempake cukup besar sehingga bisa menjadi tumpuan baru bagi keberlanjutan usaha. Menurutnya, masyarakat Lempake selama ini memiliki tradisi bercocok tanam dan beternak sehingga koperasi bisa menjadi penggerak sekaligus penghubung pasar, dilansir dari kaltimtoday.co
Salah satu rencana strategis yang tengah disusun adalah pengembangan pengolahan gabah pascapanen dengan menggandeng Perum Bulog. Upaya ini diharapkan dapat membantu petani lokal mengurangi kerugian akibat fluktuasi harga dan keterbatasan fasilitas pengolahan. Dengan pengolahan gabah secara profesional, nilai tambah yang diperoleh petani diharapkan meningkat, sekaligus membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar.
Selain itu, Kopdes Merah Putih Lempake juga berencana membangun sentra peternakan ruminansia kecil seperti domba. Langkah ini dipilih karena kebutuhan pasar terhadap daging domba relatif stabil dan memiliki potensi tumbuh di Samarinda. Sentra peternakan ini nantinya tidak hanya berfungsi sebagai tempat budidaya, tetapi juga pusat pembelajaran dan pengembangan keterampilan bagi anggota koperasi dan masyarakat desa. Dengan begitu, koperasi berperan lebih jauh dalam memberdayakan masyarakat.
Saat ini, pihak koperasi tengah menyusun visibility study untuk diajukan kepada Pemerintah Kota Samarinda dan dinas terkait. Studi kelayakan ini akan memetakan potensi, menghitung kebutuhan investasi, dan memperkirakan dampak ekonomi yang dihasilkan. Jika disetujui dan mendapat dukungan pembiayaan, program-program baru ini diharapkan bisa berjalan pada 2026 mendatang. Kopdes menilai dukungan dari pemerintah daerah sangat krusial karena akan memperkuat kapasitas koperasi dan memastikan program pemberdayaan ekonomi desa berjalan efektif.
Kehadiran Kopdes Merah Putih Lempake merupakan bagian dari visi besar pemerintah dalam memperkuat koperasi sebagai soko guru ekonomi rakyat. Dengan dukungan Presiden RI pada peresmian Juli lalu, koperasi ini diharapkan menjadi model yang dapat direplikasi di desa-desa lain. Namun, tanpa modal yang memadai dan dukungan sistemik dari pemerintah, BUMN, maupun lembaga keuangan, koperasi desa akan sulit berkembang maksimal.
Kondisi yang dialami Kopdes Merah Putih Lempake ini mencerminkan tantangan umum yang dihadapi koperasi di Indonesia, terutama koperasi yang baru berdiri. Banyak koperasi kesulitan mendapatkan akses pembiayaan yang mudah dan berkelanjutan. Padahal, koperasi memiliki peran penting dalam mendistribusikan manfaat ekonomi secara lebih merata, khususnya di daerah pinggiran perkotaan seperti Lempake.
Meski demikian, langkah proaktif pengurus Kopdes untuk beralih ke sektor pertanian dan peternakan dinilai sebagai langkah realistis. Dengan memanfaatkan potensi lokal, koperasi dapat memperluas basis usahanya sekaligus meningkatkan kesejahteraan anggota. Keberhasilan program ini nantinya juga bisa menjadi pembelajaran bagi koperasi lain di Samarinda dan Kalimantan Timur yang menghadapi tantangan serupa.
Kopdes Merah Putih Lempake berharap program pengolahan gabah dan sentra peternakan ini dapat menjadi pintu keluar dari ketergantungan terhadap satu sumber pendapatan. Diversifikasi usaha diyakini menjadi kunci keberlanjutan koperasi, terutama dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Dengan dukungan pembiayaan dan kebijakan yang tepat, koperasi desa ini berpotensi menjadi penggerak ekonomi lokal yang tangguh di masa depan.