Oleh: Raissa Widiawati, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Depok – Dunia media tengah mengalami perubahan besar di era digital. Jurnalis kini tak hanya berperan sebagai pelapor berita, tetapi juga kreator yang mampu membangun brand dan menggerakkan industri kreatif. Fenomena ini dikenal sebagai mediapreneurship, yakni gabungan antara semangat jurnalisme dan kewirausahaan media.
Semangat itu terasa dalam acara Journalistic Expo Day 2025: Journey yang digelar Program Studi Penerbitan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dengan tema “Cerdas Bermedia, Berdaya Berkarya.” Kegiatan ini menghadirkan sesi inspiratif, termasuk kelas kewirausahaan bertajuk Mediapreneur: Showcasing Ideas, Igniting Innovation.
Dua narasumber muda, Salman Alfarisi (Product Experience, PaveNow) dan Res Ares (CEO Expectainment), mendorong mahasiswa untuk berpikir melampaui ruang redaksi. “Jurnalis sekarang bukan cuma pembawa berita. Mereka bisa jadi pembuat platform, content strategist, sampai pengusaha media,” ujar Res Ares di Auditorium Perpustakaan PNJ, Selasa (1/10).
Dari Reporter ke Kreator Digital
Perubahan ini merupakan adaptasi atas perilaku audiens yang kian digital. Riset Reuters Institute Digital News Report 2024 menunjukkan 71% audiens global mengonsumsi berita melalui media sosial dan kreator independen.
“Kalau dulu jurnalis bekerja di bawah redaksi besar, sekarang banyak yang bisa membangun brand sendiri. Bahkan satu akun TikTok atau Instagram bisa menjadi media yang berpengaruh,” jelas Salman Alfarisi.
Fenomena ini membuka peluang bagi jurnalis muda untuk menciptakan ruang media alternatif. Di Indonesia, sudah muncul mediapreneur project seperti Asumsi, Narasi, dan Greatmind yang memadukan jurnalisme dengan visual storytelling dan strategi multiplatform.
Kreativitas dan Tantangan Etika
Di tengah geliat inovasi, muncul tantangan krisis kepercayaan publik terhadap media. Berdasarkan Edelman Trust Barometer 2024, tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap media turun menjadi 61%.
Dalam sesi kuliah umum bertema “Young Journalist: Strong in Creation”, Rahma Hayuningdyah, Section Head of Public Relations MDTV, menegaskan pentingnya menjaga etika. “Kreatif boleh, tapi jangan meninggalkan nilai dasar jurnalisme. Justru di era digital, kejujuran dan transparansi jadi nilai jual utama,” ujarnya.
Kolaborasi sebagai Arah Baru
Analisis Katadata Insight Center (2025) menyebutkan model media kolaboratif akan mendominasi lima tahun ke depan. Banyak redaksi kini merekrut profesional di luar bidang jurnalistik, seperti data analyst, UI/UX writer, hingga content researcher.
Bagi mahasiswa jurnalistik, hal ini membuka peluang karier lebih luas. “Kita nggak harus jadi wartawan dalam arti tradisional. Bisa juga jadi pengembang media digital atau storyteller di perusahaan teknologi,” kata Dinda, mahasiswi PNJ.
Jurnalisme Masa Depan
Fenomena mediapreneur diyakini akan terus mengubah wajah jurnalisme Indonesia. Jurnalis kini bukan hanya profesi, tapi juga ruang ekspresi dan pemberdayaan ekonomi.
“Jadi jurnalis di era digital bukan tentang siapa yang paling hebat menulis, tapi siapa yang bisa melihat peluang dari cerita,” tutup Res Ares.