Broaden and Build Theory: Mengapa Emosi Positif Membangun Hidup Lebih Baik

Sun, 8 Jun 2025 10:18:10 Dilihat 11 kali Author gerbangn
WhatsApp Image 2025-06-08 at 18.06.13

Penulis: Filza Hayuning Wafa, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

 

Dalam hidup yang penuh tekanan, kita sering lebih akrab dengan emosi negatif: stres karena tugas menumpuk, cemas menghadapi masa depan, hingga rasa takut gagal yang muncul tanpa diundang. Emosi-emosi ini wajar, manusiawi. Tapi terlalu lama hidup di dalamnya bisa mengaburkan satu hal penting: bahwa kita juga punya kemampuan untuk merasa baik, dan bahwa perasaan baik itu punya kekuatan besar.

Barbara Fredrickson, seorang psikolog dari University of North Carolina, memperkenalkan teori Broaden and Build pada awal 2000-an. Teori ini menjelaskan bagaimana emosi positif seperti bahagia, syukur, tenang, dan cinta dapat memperluas cara kita berpikir dan bertindak, serta membangun sumber daya psikologis dan sosial yang bertahan lama.

Sederhananya, emosi negatif seperti marah atau takut membuat kita “menyempit” pikiran kita fokus pada satu hal: ancaman atau bahaya. Ini berguna dalam situasi bertahan hidup. Tapi emosi positif melakukan sebaliknya. Ia “memperluas” perspektif, membuka pikiran terhadap ide baru, membuat kita lebih kreatif, lebih terbuka terhadap orang lain, dan lebih fleksibel dalam mengambil keputusan.

Bayangkan ini: saat kamu merasa damai dan bersyukur, kamu cenderung lebih mudah memaafkan, lebih ringan membantu orang lain, dan lebih semangat mencoba hal baru. Efek ini mungkin tidak langsung terasa seperti secangkir kopi, tapi efek jangka panjangnya membentuk ketahanan mental. Inilah inti dari teori Broaden and Build.

Teori ini dikembangkan oleh psikolog Barbara Fredrickson dari University of North Carolina. Dalam penelitiannya, Fredrickson menunjukkan bahwa emosi positif seperti rasa syukur, bahagia, harapan, dan cinta tidak hanya membuat kita merasa lebih baik dalam jangka pendek. Emosi-emosi ini memperluas (broaden) cara berpikir kita dan membangun (build) berbagai sumber daya psikologis, sosial, bahkan fisik yang penting untuk jangka panjang.

Melampaui Sekadar Bahagia

Emosi positif tidak sekadar hadir untuk membuat hari kita lebih cerah. Dalam teori Broaden and Build, perasaan-perasaan ini memicu kreativitas, memperbaiki relasi, meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dan memperkuat ketahanan mental. Ketika kita merasa tenang atau bersyukur, otak menjadi lebih terbuka pada informasi baru, lebih mudah belajar, dan lebih siap membangun koneksi sosial yang bermakna.

Contoh sederhana: mahasiswa yang mampu melihat ujian bukan sebagai ancaman, melainkan tantangan yang bisa diatasi, cenderung memiliki hasil akademik dan kesehatan mental yang lebih baik. Bukan karena mereka tidak takut, tapi karena mereka punya kemampuan merefleksikan dan menanggapi rasa takut itu dengan cara yang lebih sehat.

Dampak Nyata dalam Hidup Sehari-hari

Sebuah studi di Journal of Personality and Social Psychology (Fredrickson et al., 2008) menunjukkan bahwa individu yang mengalami emosi positif secara rutin memiliki tingkat stres lebih rendah, sistem imun yang lebih kuat, dan bahkan risiko penyakit jantung yang lebih kecil.

Tak hanya itu, emosi positif juga membuat seseorang lebih gigih dalam mencapai tujuan. Ini penting dalam dunia kerja dan pendidikan. Mahasiswa atau pekerja yang memiliki resilience tinggi, ketahanan dalam menghadapi tekanan biasanya lebih mampu bangkit dari kegagalan karena mereka punya cadangan emosi positif yang mendukung mereka.

Dalam konteks mahasiswa, emosi positif menjadi sangat relevan. Tuntutan akademik, persaingan kerja, ketidakpastian masa depan—semua ini menciptakan tekanan yang tidak sedikit. Di tengah situasi ini, banyak mahasiswa yang merasa harus “selalu kuat”, tanpa ruang untuk merasa rapuh. Tapi justru, kemampuan untuk mengalami dan mengelola emosi positif bisa menjadi kunci bertahan di masa transisi ini.

Misalnya, ketika skripsi tak kunjung selesai, atau saat gagal dalam seleksi kerja, orang yang terbiasa membangun pola pikir positif cenderung tidak langsung menyerah. Mereka bisa berkata pada diri sendiri: “Ini bukan akhir. Aku masih punya peluang lain.” Kalimat sederhana ini, menurut teori Fredrickson, membuka ruang bagi ide baru dan ketahanan jangka panjang.

 

Menjadi Kuat dengan Cara yang Lembut

Dalam budaya kita, kekuatan sering diukur dari ketegasan dan ketangguhan. Namun, Broaden and Build justru mengajak kita melihat bahwa kekuatan bisa dibangun dari sikap yang lembut: bersyukur, berbelas kasih, dan mampu menemukan cahaya kecil di tengah gelap.

Berpikir positif bukan soal menyangkal kenyataan. Ini soal bagaimana kita meresponsnya. Ketika kita memilih untuk berharap, bersyukur, atau mencintai—kita sedang membangun pondasi hidup yang lebih tahan banting. Di akhir hari yang berat, mungkin bukan nasihat rumit yang kita butuhkan. Tapi kesadaran bahwa emosi positif, sekecil apa pun, punya kekuatan untuk mengubah arah hidup kita.

Kita tidak bisa mengatur semua yang terjadi dalam hidup. Tapi kita bisa mengatur bagaimana kita meresponsnya. Teori Broaden and Build mengajak kita untuk merawat emosi positif bukan demi terlihat kuat, tapi supaya kita betul-betul menjadi kuat dari dalam.

Optimisme bukan ilusi, tapi modal bertahan. Dan dalam dunia yang sering mengajak kita untuk takut, berpikir positif adalah tindakan yang paling berani.

Baja Juga

News Feed

AI Berkembang, Manusia Tetap Punya Peran

Sun, 8 Jun 2025 13:30

Penulis: Maria Elisabeth Sitanggang, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta   Perkembangan kecerdasan buatan (AI) saat ini melaju dengan sangat cepat. Dalam…

Gagal Dulu, Baru Gemilang

Sun, 8 Jun 2025 13:13

Penulis: Intan Nur Anwari, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Natasya, siswa kelas 12 yang sejak kelas 10 sudah menargetkan untuk masuk…

IPK Rendah Bukan Akhir Segalanya

Sun, 8 Jun 2025 12:11

Penulis: Intan Nur Anwari, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta   “Nilai saya masih belum sesuai ekspektasi…” Kalimat itu sering terdengar di…

Broaden and Build Theory: Mengapa Emosi Positif Membangun Hidup Lebih Baik

Sun, 8 Jun 2025 10:18

Penulis: Filza Hayuning Wafa, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta   Dalam hidup yang penuh tekanan, kita sering lebih akrab dengan emosi…

Polsek Kota Bangun Ungkap Kasus Pencurian Disertai Pembakaran Toko Warga

Sun, 8 Jun 2025 07:36

Kutai Kartanegara – Kepolisian Sektor (Polsek) Kota Bangun berhasil mengungkap tindak pidana pencurian yang disertai pembakaran toko milik warga di…

Pencemaran Pesisir Muara Badak, Kementerian Lingkungan Hidup Siapkan Sanksi untuk Pertamina Hulu Sanga-Sanga

Sun, 8 Jun 2025 06:32

Bontang – Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq memastikan investigasi dugaan pencemaran lingkungan oleh PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) telah…

Perbaikan Jalan Rantau Hampang–Selerong Mulai Dikerjakan, Warga Sambut dengan Antusias

Sun, 8 Jun 2025 06:23

Kutai Kartanegara – Harapan masyarakat Rantau Hampang dan sekitarnya terhadap perbaikan infrastruktur jalan akhirnya mulai terwujud. Hari ini, proses perbaikan…

Kebakaran Landa Desa Lebak Cilong, 9 Rumah Hangus Terbakar

Sun, 8 Jun 2025 01:52

Lebak Cilong, Muara Wis – Kebakaran hebat melanda RT 5 dan RT 6 Desa Lebak Cilon, Kecamatan Muara Wis, kemarin…

Pemkab Kukar dan Otorita IKN Matangkan Penataan 15 Wilayah Terdampak Delineasi IKN

Sat, 7 Jun 2025 12:55

KUTAI KARTANEGARA — Sebanyak 15 desa dan kelurahan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dipastikan masuk dalam delineasi Ibu Kota…

Apakah Jatuh Cinta Beda Agama Selalu Salah?

Sat, 7 Jun 2025 08:39

Penulis: Savitri Shalssabila, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Cinta adalah bahasa universal yang tak perlu diterjemahkan. Ia datang tanpa izin, seringkali…

Berita Terbaru

Teknologi

Pendidikan

Visitor