IPK Rendah Bukan Akhir Segalanya

Sun, 8 Jun 2025 12:11:15 Dilihat 10 kali Author gerbangn
WhatsApp Image 2025-06-08 at 20.03.18

Penulis: Intan Nur Anwari, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

 

“Nilai saya masih belum sesuai ekspektasi…”

Kalimat itu sering terdengar di akhir semester. Seseorang memeluk laptopnya sambil menatap layar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,14. Ia terdiam lama, bahkan menolak ajakan makan siang. Di pojok grup WhatsApp, beberapa mahasiswa lain membagikan hasil Kartu Hasil Studi (KHS) mereka, ada yang lega, ada yang kecewa. Tak jarang muncul pertanyaan, “Apakah IPK segitu masih layak diperjuangkan?”

Pertanyaan itu wajar. Di tengah sistem pendidikan yang masih menjadikan IPK sebagai tolok ukur prestasi, perasaan gagal sering datang menghantui mahasiswa yang nilainya tak sesuai harapan. Apalagi jika lingkungan sekitar mengagung-agungkan “tiga koma lima ke atas” sebagai standar sukses.

Namun, mari tarik napas dan renungkan, apakah IPK benar-benar mencerminkan semua kemampuan kita? Lalu, bagaimana jika ternyata IPK yang rendah justru membuka jalan untuk tumbuh lebih kuat, lebih reflektif, dan lebih otentik dalam menata masa depan?

Apa Itu IPK?

IPK adalah angka yang menggambarkan pencapaian akademik mahasiswa secara keseluruhan, mulai dari semester pertama hingga semester terakhir. Sementara itu, Indeks Prestasi Semester (IPS) hanya mencerminkan prestasi mahasiswa pada satu semester tertentu. Nilai IPS yang diperoleh pada setiap semester dapat mempengaruhi IPK secara keseluruhan.

Mengapa IPK Bisa Rendah?

Ada beberapa faktor yang sering menjadi penyebab IPK rendah.

  • Adaptasi di awal masa kuliah
  • Tekanan mental yang datang dari berbagai sisi
  • Gaya mengajar dosen atau metode pembelajaran yang mempengaruhi proses penerimaan mahasiswa
  • IPS sebelumnya yang rendah

Contohnya, seorang mahasiswi semester empat dari jurusan Teknik Elektro, mengaku pernah mendapat IPK 3,14, karena merasa burnout dan tidak mengerti materi yang diajarkan. Namun, setelah meminta bimbingan, mengikuti forum diskusi online, dan mulai menyusun jadwal belajar, IPK-nya perlahan naik menjadi 3,3 di semester berikutnya.

 

Dampak IPK Rendah

Dampaknya tentu terasa. Beberapa beasiswa mensyaratkan IPK minimal tertentu. Begitu pula dengan peluang magang atau kerja part-time yang terkadang menjadikan IPK sebagai screening awal. Bahkan, tak jarang mahasiswa jadi kehilangan rasa percaya diri atau merasa tidak pantas bersaing di dunia kampus.

Namun, dampak yang paling berat justru sering berasal dari dalam diri: rasa malu, merasa tertinggal, bahkan muncul keinginan untuk menyerah.

Dikutip dari Kompas.com, Najwa Shihab berkata, “Kalau masih mahasiswa ya jangan cuma ngurusin IPK gitu. Karena bukan satu-satunya itu yang penting.”

Inilah mengapa penting untuk membedakan antara “nilai” dan “nilai diri”. IPK rendah bukan berarti kamu rendah. Nilai akademis bukan satu-satunya tolak ukur kompetensi dan masa depanmu.

Cara Bangkit dari IPK yang Tak Sesuai Harapan

  • Refleksikan diri, apa yang diharapkan dari pendidikan ini.
  • Ubah strategi belajar, pahami yang sesuai dengan diri sendiri.
  • Bangun relasi yang mendukung.
  • Perkuat portofolio nonakademik.
  • Maafkan diri sendiri dan evaluasi.

Dilansir dari umy.ac.id, Ketua Bidang Pembinaan Umum, Kesejahteraan Sosial dan Resiliensi Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Agus Taufiqurrahman berkata,
“Kalau orang hanya mengandalkan IPK, itu hanya nomor kesekian. Yang dibutuhkan di tempat kerja itu ternyata karakter moral, karakter anda berkomunikasi dengan baik, bisa berinteraksi dengan teman sejawat, bisa bekerja sama, dipercaya, dan jujur.”

IPK rendah memang bukan kondisi yang ideal. Namun, bukan pula akhir dari segalanya. Dunia tak pernah bertanya berapa IPK-mu, tapi apa kontribusimu. Daripada terus menyesali angka, lebih baik gunakan energi itu untuk membentuk versi terbaik dari dirimu. Sebab dalam hidup, bukan siapa yang tercepat yang menang, tapi siapa yang tak berhenti berjalan.

Baja Juga

News Feed

AI Berkembang, Manusia Tetap Punya Peran

Sun, 8 Jun 2025 13:30

Penulis: Maria Elisabeth Sitanggang, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta   Perkembangan kecerdasan buatan (AI) saat ini melaju dengan sangat cepat. Dalam…

Gagal Dulu, Baru Gemilang

Sun, 8 Jun 2025 13:13

Penulis: Intan Nur Anwari, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Natasya, siswa kelas 12 yang sejak kelas 10 sudah menargetkan untuk masuk…

IPK Rendah Bukan Akhir Segalanya

Sun, 8 Jun 2025 12:11

Penulis: Intan Nur Anwari, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta   “Nilai saya masih belum sesuai ekspektasi…” Kalimat itu sering terdengar di…

Broaden and Build Theory: Mengapa Emosi Positif Membangun Hidup Lebih Baik

Sun, 8 Jun 2025 10:18

Penulis: Filza Hayuning Wafa, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta   Dalam hidup yang penuh tekanan, kita sering lebih akrab dengan emosi…

Polsek Kota Bangun Ungkap Kasus Pencurian Disertai Pembakaran Toko Warga

Sun, 8 Jun 2025 07:36

Kutai Kartanegara – Kepolisian Sektor (Polsek) Kota Bangun berhasil mengungkap tindak pidana pencurian yang disertai pembakaran toko milik warga di…

Pencemaran Pesisir Muara Badak, Kementerian Lingkungan Hidup Siapkan Sanksi untuk Pertamina Hulu Sanga-Sanga

Sun, 8 Jun 2025 06:32

Bontang – Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq memastikan investigasi dugaan pencemaran lingkungan oleh PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) telah…

Perbaikan Jalan Rantau Hampang–Selerong Mulai Dikerjakan, Warga Sambut dengan Antusias

Sun, 8 Jun 2025 06:23

Kutai Kartanegara – Harapan masyarakat Rantau Hampang dan sekitarnya terhadap perbaikan infrastruktur jalan akhirnya mulai terwujud. Hari ini, proses perbaikan…

Kebakaran Landa Desa Lebak Cilong, 9 Rumah Hangus Terbakar

Sun, 8 Jun 2025 01:52

Lebak Cilong, Muara Wis – Kebakaran hebat melanda RT 5 dan RT 6 Desa Lebak Cilon, Kecamatan Muara Wis, kemarin…

Pemkab Kukar dan Otorita IKN Matangkan Penataan 15 Wilayah Terdampak Delineasi IKN

Sat, 7 Jun 2025 12:55

KUTAI KARTANEGARA — Sebanyak 15 desa dan kelurahan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dipastikan masuk dalam delineasi Ibu Kota…

Apakah Jatuh Cinta Beda Agama Selalu Salah?

Sat, 7 Jun 2025 08:39

Penulis: Savitri Shalssabila, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Cinta adalah bahasa universal yang tak perlu diterjemahkan. Ia datang tanpa izin, seringkali…

Berita Terbaru

Teknologi

Pendidikan

Visitor