Jurnalisme Indonesia di Era Disrupsi: Kini dan Nanti

Sun, 5 Oct 2025 13:43:58 Dilihat 14 kali Author gerbang nusantara
IMG-20251005-WA0068

Oleh: Filza Hayuning Wafa, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

Jakarta – Media jurnalistik Indonesia tengah menghadapi tantangan sekaligus peluang besar di era disrupsi digital. Transformasi teknologi melaju cepat, didorong penetrasi internet yang masif serta perkembangan kecerdasan buatan (AI). Pola konsumsi informasi masyarakat pun berubah drastis: berita tak lagi terbatas di koran atau televisi, melainkan berputar cepat di media sosial, berbalut teks singkat, visual atraktif, hingga video berdurasi detik.

Namun, derasnya arus digital juga membawa banjir informasi palsu. Hoaks, disinformasi, hingga manipulasi digital menjadi bagian dari ekosistem media hari ini. Survei Katadata Insight Center (2021) mencatat 30–60 persen pengguna internet di Indonesia terpapar hoaks, sementara hanya 21–36 persen yang mampu mengenalinya. Fakta ini menegaskan bahwa jurnalisme kini berada pada titik kritis: bukan hanya dituntut cepat, tetapi juga akurat dan kredibel.

Media Arus Utama dalam Tekanan Platform

Media arus utama seperti Kompas, Tempo, dan Tribun masih menjadi rujukan publik. Namun, dominasi mereka kian tergerus platform global seperti Google, Meta, dan TikTok yang menguasai distribusi berita sekaligus iklan digital. Laporan industri menunjukkan lebih dari 70 persen belanja iklan daring Indonesia justru mengalir ke platform asing.

“Media tidak bisa lagi bergantung pada iklan. Mereka harus mencari model bisnis baru: langganan digital, kolaborasi lintas platform, atau monetisasi lewat podcast dan video,” ujar Djony Herfan, Dosen Politeknik Negeri Jakarta.

Situasi semakin kompleks dengan maraknya hoaks politik menjelang Pemilu 2024. Data Tirto.id mengungkap mayoritas disinformasi tersebar dalam bentuk video pendek dan teks provokatif di media sosial. Format visual singkat ini kini menjadi medan pertempuran utama, di mana media profesional berhadapan langsung dengan arus hoaks yang bergerak cepat.

AI dan Jurnalisme Masa Depan

Kecerdasan buatan membuka peluang sekaligus ancaman baru. Di ruang redaksi, AI sudah digunakan untuk otomasi berita sederhana, analisis data, hingga personalisasi konten. Namun, risiko tetap besar, mulai dari konten fabrikasi, manipulasi gambar, hingga deepfake video.

“AI hanya bisa mengolah data. Tapi untuk menghadirkan jurnalisme yang kritis dan empatik, peran manusia tidak tergantikan,” tegas Alfons Yoshio, pemeriksa fakta Tirto.id.

Ke depan, AI diperkirakan banyak dipakai untuk memproduksi laporan rutin, sementara jurnalis manusia tetap dibutuhkan untuk reportase investigatif, liputan lapangan, serta penulisan dengan sensitivitas sosial.

Hoaks dan Pentingnya Verifikasi Fakta

Workshop Periksa Fakta Tirto (2025) menegaskan bahwa penyebar hoaks paham benar cara memanfaatkan emosi publik. Mereka kerap menggunakan foto lama, narasi provokatif, hingga video manipulatif. Survei Tirto dan Jakpat (2023) menunjukkan hampir 38 persen masyarakat pernah menyebarkan hoaks tanpa sadar.

Dalam kondisi ini, keterampilan verifikasi menjadi modal utama jurnalis. Alat seperti reverse image search, plugin InVID, hingga Wayback Machine banyak digunakan untuk melacak keaslian foto dan video. “Kemampuan cek fakta harus jadi bagian tak terpisahkan dari jurnalisme digital,” ujar Alfons Yoshio.

Jurnalisme Partisipatif dan Literasi Publik

Masyarakat kini tidak hanya sebagai konsumen informasi, tetapi juga produsen. Fenomena citizen journalism semakin marak, terutama dalam momen bencana alam, aksi protes, atau kejadian mendadak. Kehadiran jurnalis warga memperkaya ekosistem informasi, tetapi juga berisiko mempercepat penyebaran misinformasi ketika kontennya tidak diverifikasi.

Faktor psikologis turut memperkuat persoalan ini. Menurut American Psychological Association, orang cenderung membagikan informasi palsu ketika sesuai dengan identitas pribadi, norma sosial, atau ketika memicu emosi kuat seperti marah, simpati, atau takut. Akibatnya, hoaks lebih mudah viral dibandingkan klarifikasi.

Karena itu, literasi media publik menjadi agenda penting bagi masa depan jurnalisme Indonesia. Tanpa kesadaran kritis, masyarakat mudah terjebak dalam echo chamber algoritma media sosial yang memperkuat pandangan sempit, berpotensi menciptakan polarisasi, bahkan mengancam kohesi sosial.

Kesimpulan

Jurnalisme Indonesia kini berada di titik persimpangan. Di satu sisi, digitalisasi membuka peluang menjangkau audiens luas secara instan. Namun di sisi lain, banjir informasi palsu dan dominasi platform global mengikis kepercayaan publik.

Masa depan media Indonesia hanya bisa bertahan jika jurnalis berpegang pada nilai inti: akurasi, integritas, dan keberpihakan pada kebenaran. Tantangan terbesar bukan lagi soal kecepatan, melainkan bagaimana menghadirkan jurnalisme yang relevan, berimbang, dan mampu memulihkan kepercayaan publik.

Kini dan esok, jurnalisme Indonesia dituntut tidak sekadar menyampaikan informasi, tetapi menjadi penuntun arah, pengawal demokrasi, dan penjaga akal sehat masyarakat.

Baja Juga

News Feed

Rudal KHAN Hadir di Tenggarong, Jamin Pertahanan Strategis IKN dan Kalimantan

Sun, 5 Oct 2025 11:01

Tenggarong —Sistem rudal balistik KHAN buatan Turki (Roketsan) resmi ditempatkan di Batalion Artileri Medan 18, Tenggarong, Kalimantan Timur. Kehadiran alutsista…

Mengawasi AI: Jurnalis Indonesia Bertransformasi Menjadi Operator dan Kurator Data

Sun, 5 Oct 2025 09:37

Oleh: Raden Muhammad Fajar Visandy, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) tengah mengguncang dunia jurnalistik di…

Tantangan dan Arah Baru Media Jurnalistik Indonesia

Sun, 5 Oct 2025 06:59

Oleh: Maria Elisabeth Sitanggang, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta Perubahan besar tengah melanda dunia media seiring pesatnya perkembangan teknologi digital. Arus…

Masa Depan Jurnalistik di Tangan Generasi Muda

Sun, 5 Oct 2025 06:31

Oleh: Intan Nur Anwari, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jakarta – Dunia media tengah mengalami perubahan besar di era digital. Semangat…

Menuju Krisis Kepercayaan Jurnalisme

Sun, 5 Oct 2025 05:14

Penulis: Muhammad Briyan Prama Irwansyah, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jakarta –Di tengah derasnya arus penyebaran informasi digital, “kebenaran” jurnalistik di…

Mencari Arah Kebenaran di Tengah Perubahan Wajah Jurnalisme

Sun, 5 Oct 2025 03:53

Penulis: Gustina Nurma Larasati, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Kebenaran jurnalistik di Indonesia kini sedang diuji dalam situasi yang belum pernah…

Masa Depan Jurnalisme Indonesia: Antara Teknologi, Etika, dan Kepercayaan Publik

Sun, 5 Oct 2025 03:42

Penulis: Salma, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Perkembangan media jurnalistik di Indonesia terus mengalami perubahan signifikan dalam dua dekade terakhir. Dari…

Media Jurnalistik Indonesia: Dari Ruang Redaksi ke Ruang Digital

Sun, 5 Oct 2025 03:04

Oleh: Hasna Khalishta Afza, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Perkembangan media jurnalistik di Indonesia kini berjalan lebih cepat dibanding dekade sebelumnya….

Nasib Kebenaran Jurnalisme di Tengah Orkestrasi Fakta

Sun, 5 Oct 2025 02:50

Oleh: Laura Diandra Salzabilla, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Masifnya pergerakan buzzer pasca Pemilu 2024 mengubah wajah ruang publik digital di…

Kebenaran Jurnalistik di Persimpangan Jalan: Melawan Disinformasi dan Menjaga Integritas Media Indonesia

Sun, 5 Oct 2025 02:10

Penulis: Najma Khaila, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Dunia jurnalistik di Indonesia saat ini berada di persimpangan yang krusial. Di satu…

Berita Terbaru

Teknologi

Pendidikan

Visitor