Penulis: Azkal Azkia Nurrohmat, Mahasiswa Politeknik Jakarta
Di kawasan Kota Tua Jakarta terdapat banyak tempat bersejarah. Namun, bukan hanya sebagai tempat bersejarah dari masa kolonial, tapi juga ruang hidup yang memadukan nilai budaya hingga interaksi sosial. Di tengah bangunan-bangunan bersejarah itu, museum memainkan peran penting dalam menciptakan hubungan positif antara turis, masyarakat lokal, dan warisan budaya, menjadikan Kota Tua sebagai model pariwisata berkelanjutan di Jakarta.
Dari Museum Seni Rupa, hingga Jembatan Kota Intan, bukan hanya sebagai tempat menyimpan memori masa lalu. Namun, tempat yang menjadi titik temu berbagai latar belakang. Mulai dari wisatawan domestik juga mancanegara, pelajar, dan berbagai komunitas. Banyak turis yang datang bukan sekadar untuk melihat, tapi juga belajar dan memahami sejarah Jakarta dan Indonesia. Hal tersebut memperdalam pengalaman wisata yang tidak konsumtif, tapi juga reflektif dan edukatif.
Kawasan Kota Tua yang makin interaktif dengan adanya agenda walking tour setiap harinya. Wisatawan dapat menambah pengetahuan dan mengeksplorasi kawasan sejarah Kota Tua. Hal tersebut dapat menjadi pengalaman seru dalam menjelajahi kawasan sekitar museum.
Dalam konteks pariwisata berkelanjutan, museum-museum di Kota Tua menciptakan hubungan positif antara wisatawan dan warisan budaya. Turis lokal maupun mancanegara tidak hanya datang untuk berswafoto di depan bangunan kuno saja, tetapi juga belajar tentang sejarah Jakarta, kolonialisme, perdagangan rempah, dan seni pertunjukan tradisional. Hal ini membuat kunjungan wisata menjadi pengalaman yang mendalam dan bermakna. Wisatawan tidak lagi sekadar konsumen, tetapi juga menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya.
Keberadaan museum di Kota Tua juga menciptakan hubungan ekonomi yang sehat dengan masyarakat lokal. Para pelaku UMKM di sekitar museum, mulai dari penjual penyewa sepeda onthel hingga penjual pernak-pernik ala Kota Tua, semakin tumbuh karena arus wisata yang stabil. Hal tadi menciptakan hubungan yang positif, di mana museum menarik banyak wisatawan yang kemudian menghidupkan perekonomian di sekitarnya.
Lebih jauh, museum di Kota Tua juga menjadi ruang terbuka untuk dialog antargenerasi. Kegiatan edukatif seperti lokakarya, pameran interaktif, dan program sekolah lapangan mengundang pelajar dan keluarga untuk belajar bersama. Anak-anak muda dapat mengakses sejarah tidak hanya lewat buku, tetapi lewat pengalaman langsung yang membangkitkan rasa ingin tahu dan rasa bangga terhadap warisan bangsanya. Dalam jangka panjang, hal ini memperkuat identitas budaya dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sejarah.
Dari sisi lingkungan, kawasan Kota Tua yang direvitalisasi kini mulai mengadopsi prinsip pembangunan berkelanjutan. Kawasan ini menjadi area TOD, di mana terdapat banyak akses untuk transportasi umum. Hal ini memudahkan wisatawan untuk dapat berkunjung ke kawasan tersebut dengan berbagai moda transportasi.
Pada akhirnya, museum di Kota Tua Jakarta adalah contoh nyata bagaimana ruang sejarah dapat menjadi pusat pariwisata berkelanjutan yang menghubungkan manusia dengan budaya, ekonomi dengan pelestarian, serta masa lalu dengan masa depan. Bila dirawat dan dikelola dengan baik, museum bukan hanya menyimpan kenangan, tapi juga menciptakan harapan untuk kota yang lebih inklusif, berbudaya, dan berkelanjutan.