Penulis: Satria Putra Ramadhani, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta.
Kita sering diajarin buat sabar, bertahan, dan jaga hubungan sebaik mungkin. Tapi jarang banget diajarin tentang satu hal penting: melepaskan. Padahal, dalam hidup ini, nggak semua orang yang datang harus kita pertahankan. Nggak semua hubungan itu wajib dipelihara terus-menerus, apalagi kalau udah bikin lelah lahir batin.
Tumbuh Nggak Harus Bareng-Bareng
Fakta yang kadang susah diterima: orang yang dulu pernah cocok sama kita, belum tentu cocok sekarang. Kita tumbuh, mereka juga. Tapi arah tumbuhnya bisa beda. Dan itu nggak apa-apa. Nggak semua perbedaan harus diperjuangkan sampai berdarah-darah. Kadang, perbedaan itu cukup dimengerti, lalu dilepaskan dengan lapang.
Ada masa-masa di mana kita nyambung banget sama seseorang, selalu bareng, selalu saling cerita. Tapi tiba-tiba, obrolan jadi hambar, ketemuan jadi canggung, dan kita mulai mikir, “Kenapa ya, rasanya beda?” Jawabannya mungkin simpel: kalian udah nggak lagi sejalan.
Hubungan Sehat Itu Nggak Melelahkan
Ciri hubungan yang sehat itu bukan soal seberapa sering ketemu atau chat tiap hari. Tapi soal seberapa ringan rasanya tiap kali kita berinteraksi. Kalau habis ngobrol malah bikin cemas, minder, atau overthinking semalaman, mungkin itu bukan tempat yang tepat buat kamu.
Hubungan yang sehat bikin kamu jadi diri sendiri, tanpa takut dihakimi. Kamu bisa cerita apa aja, dari yang receh sampai yang dalam banget, dan tetap merasa diterima. Kalau yang kamu dapat justru perasaan nggak cukup, selalu dibandingkan, atau dipaksa berubah jadi orang lain, itu red flag.
Jangan Takut Jadi ‘Jahat’
Sering kali kita bertahan karena takut dicap jahat. Takut dibilang egois, berubah, atau ninggalin orang yang pernah baik ke kita. Padahal, menyelamatkan diri sendiri dari hubungan yang bikin stres itu bukan tindakan jahat—itu namanya sayang sama diri sendiri.
Memilih jarak atau bahkan mengakhiri hubungan bukan berarti kamu berhenti peduli. Tapi kamu sadar bahwa kamu juga butuh ruang buat bernapas dan tumbuh. Nggak apa-apa kok kalau kamu lebih milih tenang daripada terus-terusan jadi orang lain demi mempertahankan hubungan.
Perhatikan Energi yang Datang
Coba cek, siapa aja orang yang bikin kamu semangat habis ngobrol? Siapa yang bikin kamu malah pengen nutup diri setelah interaksi? Energi itu nggak bohong. Dan itu bisa jadi petunjuk buat tahu siapa yang pantas dipertahankan dalam hidupmu.
Kadang, yang udah lama kenal bukan berarti paling ngerti. Kadang, yang baru kenal justru lebih tulus dan suportif. Hubungan bukan tentang durasi, tapi tentang kualitas. Jangan terjebak nostalgia kalau ternyata yang kamu pertahankan udah lama berhenti mendukungmu.
Jadi Versi Terbaik Diri Sendiri
Hubungan yang sehat itu dua arah. Bukan cuma soal kamu dapet kenyamanan, tapi juga soal kamu bisa jadi versi terbaik diri sendiri bareng orang itu. Kamu tumbuh, mereka juga. Kamu bahagia, mereka juga. Kalau salah satunya terus merasa dirugikan, itu udah nggak sehat.
Jadi sebelum sibuk mempertahankan hubungan yang bikin kamu jalan di tempat, coba tanya: apakah aku bisa berkembang dalam hubungan.