Saat Jurnalisme Terdesak oleh Berita Instan

Sat, 4 Oct 2025 12:59:42 Dilihat 54 kali Author gerbang nusantara
IMG-20251004-WA0032

Oleh: Rahma Nayali, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

Kemajuan teknologi seolah membuat berita menyebar dalam hitungan detik. Naas, kemudahan akses digital justru menyingkirkan kiprah media konvensional. Generasi Z yang lebih suka konten singkat semakin tidak akrab dengan berita jurnalisme.

Generasi yang tumbuh bersama internet ini terbiasa menyelami linimasa, bukan membaca berita. Dalam jurnal “Social Media Activity And Trust In Digital Vs. Traditional News: A Quantitative Analysis”, 91 persen responden di Indonesia mengaku pertama kali mendapat berita dari media sosial.

Namun, apakah teknologi justru menjadi gerbang kemerosotan jurnalistik?

Kecenderungan Gen Z Konsumsi Berita Instan

Tak dapat dipungkiri, Folkative dan USSFeeds jadi akun paling laris di media sosial. Konten singkat dengan desain yang eye catching berhasil menyabet Gen Z sebagai peminat terbesar. Akun tersebut bahkan dianggap sebagai sumber informasi yang “kalcer”.

Keduanya sama-sama memberikan informasi terkini namun dikemas secara singkat dan menarik. Dengan rentang fokus rata-rata delapan detik, Gen Z butuh informasi instan yang bisa dipahami dalam sekali lihat. TikTok dan Instagram memfasilitasi kebutuhan itu sehingga platform ini lebih populer ketimbang media massa konvensional.

“Saya lebih nyaman baca berita di instagram karena visualnya menarik,” ujar Budi, seorang Gen Z dari Jawa Barat. Sama halnya dengan kebanyakan rekan seumur, Budi lebih sering mengakses informasi lewat media sosial.

Namun, kebiasaan cepat ini menimbulkan risiko. Data Survei Kepercayaan Publik 2023 menunjukkan penurunan kepercayaan terhadap berita dari 61 persen menjadi 56 persen dibandingkan 2021. Meski media tradisional masih dianggap paling kredibel (59%), media sosial hanya dipercaya sekitar 41%. Alasan utama ketidakpercayaan ini adalah persepsi adanya bias, clickbait, dan beritanya lebih mengutamakan kecepatan daripada akurasi.

Sementara itu, aktivitas tinggi di media sosial justru berbanding lurus dengan kepercayaan pada berita di dalamnya. Semakin lama seseorang berselancar di TikTok, semakin besar kecenderungan percaya pada apa yang lewat di beranda. Adapun hal membuat Gen Z kecanduan adalah akses cepat, ruang interaktif lewat komentar, kreativitas konten, dan informasi real-time yang hadir bahkan saat peristiwa masih berlangsung.

Namun, kecepatan itu menyisakan celah. Berita di TikTok kerap berupa potongan tanpa konteks. Kadang akurat, kadang bias, dan rawan hoaks.

Skeptis dan Butuh Kredibilitas

Generasi Z menunjukkan sikap skeptis terhadap kredibilitas berita dari media sosial, meski mereka adalah pengguna aktif platform tersebut. Riset di Semarang menunjukkan hanya 36 persen percaya pada berita berbentuk infografis Instagram, dan hanya 28 persen percaya pada berita ringkas. Angka itu menegaskan, mereka tetap kritis.

“Tidak semua yang viral itu benar. Media jurnalistik melewati sumber berita yang kredibel dan ada cek fakta, sehingga lebih akurat,” sambung Budi. Baginya, media sosial penting untuk tahu cepat, tapi verifikasi tetap dicari dari media massa yang terpercaya.

Berita Instagram dan TikTok kerap kali disusupi oleh konten hoaks sehingga membuat Gen Z jadi mikir dua kali. Terlebih, penggunaan konten AI tanpa konteks semakin marak ditemukan. Hal ini membuat media sosial jadi sarang informasi yang cepat namun penuh berita tidak tepat.

Paradoks ini mencerminkan tantangan jurnalisme modern yang harus menyeimbangkan idealisme dan adaptasi pada pola konsumsi berita Gen Z yang lebih cepat dan visual, sekaligus menghadapi keraguan kredibilitas yang melekat pada konten di media sosial. Selain itu, jurnalis harus mengatasi keraguan terhadap kredibilitas konten di media sosial yang sering kali viral tanpa proses verifikasi yang memadai.

Era digital menuntut jurnalis untuk lebih melek teknologi tanpa mengesampingkan akurasi, integritas, dan verifikasi fakta. Jika tidak, jurnalisme berisiko kehilangan relevansi. Singkatnya, sikap kritis Gen Z mengindikasikan kebutuhan jurnalisme untuk berinovasi dan menjaga integritas, agar tetap relevan dan dipercaya di era digital yang serba cepat dan visual ini.

Lantas, bagaimana masa depan jurnalisme? Akankah habis digerus massa atau justru semakin dipercaya?

Menjemput Masa Depan Jurnalisme

Masa depan jurnalisme tidak terletak pada melawan media sosial, melainkan memanfaatkannya. TikTok dan Instagram bisa menjadi saluran informasi yang valid, selama konten yang disebarkan berasal dari sumber tepercaya. Media perlu beradaptasi, bukan sekadar menyalin gaya viral, tapi mengemas berita kredibel dengan format yang bisa diterima generasi digital.

Kuncinya ada pada literasi digital. Publik harus dibekali kemampuan memverifikasi sumber, mengenali bias, dan menyaring hoaks. Tanpa itu, banjir informasi hanya akan melahirkan kebingungan massal. Media massa jurnalistik juga harus aktif membangun engagement lintas platform. Format berita harus dikemas lebih interaktif dan menarik.

Di tengah gempuran kecerdasan buatan, jurnalis tetap punya peran yang tak tergantikan. Mesin bisa menulis cepat, tapi tak bisa menghadirkan empati, konteks, dan rasa hidup dalam berita. Hanya jurnalis yang bisa menjaga kepercayaan.

Alfons Yoshio Hartanto (Tirto.id), menegaskan jurnalis tidak perlu khawatir dengan perkembangan teknologi. Sebaliknya, harus dijadikan partner untuk menghasilkan berita yang aktual, akurat, dan faktual.

“Pekerjaan kreatif tidak bisa digantikan AI. Namun, jika kita tidak beradaptasi, kita akan digantikan oleh orang yang lebih memahami teknologi ini,” katanya saat menjadi narasumber Jurnalistik EXPO day di Politeknik Negeri Jakarta.

Baja Juga

News Feed

Jurnalisme Indonesia di Era Disrupsi: Kini dan Nanti

Sun, 5 Oct 2025 13:43

Oleh: Filza Hayuning Wafa, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jakarta – Media jurnalistik Indonesia tengah menghadapi tantangan sekaligus peluang besar di…

Rudal KHAN Hadir di Tenggarong, Jamin Pertahanan Strategis IKN dan Kalimantan

Sun, 5 Oct 2025 11:01

Tenggarong —Sistem rudal balistik KHAN buatan Turki (Roketsan) resmi ditempatkan di Batalion Artileri Medan 18, Tenggarong, Kalimantan Timur. Kehadiran alutsista…

Mengawasi AI: Jurnalis Indonesia Bertransformasi Menjadi Operator dan Kurator Data

Sun, 5 Oct 2025 09:37

Oleh: Raden Muhammad Fajar Visandy, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) tengah mengguncang dunia jurnalistik di…

Tantangan dan Arah Baru Media Jurnalistik Indonesia

Sun, 5 Oct 2025 06:59

Oleh: Maria Elisabeth Sitanggang, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta Perubahan besar tengah melanda dunia media seiring pesatnya perkembangan teknologi digital. Arus…

Masa Depan Jurnalistik di Tangan Generasi Muda

Sun, 5 Oct 2025 06:31

Oleh: Intan Nur Anwari, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jakarta – Dunia media tengah mengalami perubahan besar di era digital. Semangat…

Menuju Krisis Kepercayaan Jurnalisme

Sun, 5 Oct 2025 05:14

Penulis: Muhammad Briyan Prama Irwansyah, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jakarta –Di tengah derasnya arus penyebaran informasi digital, “kebenaran” jurnalistik di…

Mencari Arah Kebenaran di Tengah Perubahan Wajah Jurnalisme

Sun, 5 Oct 2025 03:53

Penulis: Gustina Nurma Larasati, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Kebenaran jurnalistik di Indonesia kini sedang diuji dalam situasi yang belum pernah…

Masa Depan Jurnalisme Indonesia: Antara Teknologi, Etika, dan Kepercayaan Publik

Sun, 5 Oct 2025 03:42

Penulis: Salma, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Perkembangan media jurnalistik di Indonesia terus mengalami perubahan signifikan dalam dua dekade terakhir. Dari…

Media Jurnalistik Indonesia: Dari Ruang Redaksi ke Ruang Digital

Sun, 5 Oct 2025 03:04

Oleh: Hasna Khalishta Afza, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Perkembangan media jurnalistik di Indonesia kini berjalan lebih cepat dibanding dekade sebelumnya….

Nasib Kebenaran Jurnalisme di Tengah Orkestrasi Fakta

Sun, 5 Oct 2025 02:50

Oleh: Laura Diandra Salzabilla, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Masifnya pergerakan buzzer pasca Pemilu 2024 mengubah wajah ruang publik digital di…

Berita Terbaru

Teknologi

Pendidikan

Visitor